Laporan Field-Trip GEOLOGI
MENYINGKAP SEJARAH
PEMBENTUKAN PULAU JAWA
Arfani Kurniawan
112.14.0.001
1. Bukit Boko
Secara fisiografis, daerah Bukit Boko terletak pada Zona Depresi Jawa Tengah yang ditumbuhi banyak gunung berapi yang terus menyambung dengan perbukitan di Zona Pegunungan Selatan. Pulau Jawa disebut juga Pulau Gunung Api karena banyaknya gunung api yang masih aktif di pulau tersebut. Pulau jawa memiliki dua busur vulkanik, di utara disebut Zona Tersier dan busur vulkanik di Selatan yang terdapat banyak batu andesit di sepanjang daerah selatan pulau jawa.
Banyaknya batu andesit tua yang terdapat di sepanjang selatan pulau jawa menandakan bahwa di daerah tersebut dulu terdapat banyak gunung api. Diperkirakan terdapat pada zaman oligomeosin. Namun, pada saat ini gunung-gunung api tersebut sudah tidak aktif lagi. Hal itu dikarenakan sumber magma (zona subduksi) sudah berpindah ke utara.
Banyaknya batu andesit tua yang terdapat di sepanjang selatan pulau jawa menandakan bahwa di daerah tersebut dulu terdapat banyak gunung api. Diperkirakan terdapat pada zaman oligomeosin. Namun, pada saat ini gunung-gunung api tersebut sudah tidak aktif lagi. Hal itu dikarenakan sumber magma (zona subduksi) sudah berpindah ke utara.
Berhentinya aktivitas vulkanik di Zona gunung api selatan ditandai dengan munculnya lapisan batu gamping miosin tengah sekitar 16 juta tahun yang lalu.
Berikut ini adalah sejarah periode gunung api dari masa lalu hingga sekarang
Jika melihat daerah kulonprogo, juga terdapat banyak formasi batu andesit tua yang disebut “Dom Kulonprogo”. Ini mengindikasikan bahwa di daerah tersebut dulunya merupakan gunung api. Hal itu diperkuat dengan fakta bahwa fasies dom kulonprogo hampir sama (identik) dengan fasies gunung merapi.
Yang dimaksud dengan fasies adalah satuan litologi yang mencerminkan bagian-bagian tubuh gunung api. Jika suatu gunung api dipotong membujur, maka akan terlihat kenampakan seperti ini :
Keterangan :
A (Fasies Sentral) : Disusun oleh batuan intrusi. Banyak terdapat magma yang jika
tererupsi menjadi lava. Membentuk morfologi berbukit-bukit.
Komposisi mikro diorite, andesit ampibol dan andesit piroksin.
tererupsi menjadi lava. Membentuk morfologi berbukit-bukit.
Komposisi mikro diorite, andesit ampibol dan andesit piroksin.
B (Fasies Proksimal) : Disusun oleh perseliangan lava, breksi vulkanik, tuf kasar dan
tuf halus. Membentuk topografi kelerengan terjal.
tuf halus. Membentuk topografi kelerengan terjal.
C (Fasies Medial) : Disusun oleh perlapisan breksi pumis dan tuf kasar dan tuf halus
D (Fasies Distal) : Disusun oleh batuan klastika gunung api.berukuran tuf –
batu lapili. Membentuk topografi kelerengan sedang.
batu lapili. Membentuk topografi kelerengan sedang.
2. Jiwo Barat – Bayat
Bayat terletak sekitar 45 Km tenggara Yogyakarta. Di daerah Bayat kelompok batuan dasar Pra-Tersier yang tersingkap terdiri dari filit, sekis mika, dan marmer. Umur komplek batuandasar ini belum diketahui. Sebaran batuan Pra-Tersier di Bayat yang terdapat di Perbukitan Jiwo terbagi dua oleh aliran K. Dengkeng, daerah sebelah timur K. Dengkeng disebut Jiwo Timur dan yang di sebelah baratnya disebut Jiwo Barat seperti yang ditunjukkan oleh peta geologi Bayat Stratigrafi daerah Bayat dan sekitarnya dapat dilihat pada
Secara umum daerah bayat memiliki satuan batuan :
Satuan batuan pra-tersier
- Satuan Batuan Paleogen (Eosen)
- Kontak dengan Satuan Batuan Lain
Masih membahas satuan batuan di Perbukitan Jiwo, Bayat., Satuan batuan paleogen Menumpang secara tidak selaras di atas satuan batuan Pra- Tersier adalah Formasi Wungkal-Gamping yang berumur Eosen Tengah dan terdiri dari konglomerat, batupasir kuarsa, batugamping numulit, dan batulempung.
Formasi Wungkal- Gamping ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kebobutak yang singkapannya terdapat di bagian tenggara daerah Bayat dan terdiri dari lava basaltik-andesitik, batupasir volkanik dengan sisipan batulanau dan laminasi tuf. Umur formasi ini adalah Oligosen Akhir sampai Miosen Awal .
Formasi Kebobutak diinterpretasikan sebagai sedimen laut dalam yang terendapkan di lingkungan kipas bawah-laut . Formasi-formasi ini diterobos oleh intrusi mikrodiorit
Formasi Tersier termuda di daerah Perbukitan Jiwo, Bayat adalah Formasi Wonosari yang berumur Miosen Akhir dan menumpang secara tidak selaras di atas formasi-formasi yang lebih tua. Formasi Wonosari terdiri dari batugamping klastik yang berselang-seling dengan napal, batugamping terumbu, dan batugamping tufan.
Formasi Tersier termuda di daerah Perbukitan Jiwo, Bayat adalah Formasi Wonosari yang berumur Miosen Akhir dan menumpang secara tidak selaras di atas formasi-formasi yang lebih tua. Formasi Wonosari terdiri dari batugamping klastik yang berselang-seling dengan napal, batugamping terumbu, dan batugamping tufan.
Singkapan batuan Eosen di daerah Perbukitan Jiwo, Bayat terdapat secara terpisah-pisah, sesuai kondisi perbukitan Jiwo yang terpisah oleh Kali Dengkeng, menjadi Perbukitan Jiwo Barat dan Jiwo Timur. Oleh karenanya kondisi singkapan batuan Eosen di daerah ini tidak sebanyak dan sebaik seperti yang dijumpai di daerah Luk Ulo, Karangsambung dan Nanggulan.
Batuan Eosen di Perbukitan Jiwo dijumpai secara terpisah-pisah di dua tempat, yakni di daerah Jiwo Barat dan Jiwo Timur Di daerah Jiwo Barat, batuan Eosen tersingkap di Gunung Cakaran dan di daerah sebelah baratlautnya, di tengah-tengah pemukiman Desa Sekarbolo.
Di Gunung Cakaran semua litologi satuan batuan Eosen dijumpai, namun karena tertutup soil pelapukan yang tebal singkapannya terdapat secara setempat-setempat sehingga kontak litologinya tidak dapat diamati. Pada lereng barat Gunung Cakaran, dari bagian bawah lereng ke atas, dijumpai mulai dari filit yang telah lapuk, di atasnya setempatsetempat dijumpai konglomerat, kemas tertutup dengan butiran saling bersinggungan, butirannya sampai berukuran kerakal, kebanyakan fragmennya terdiri dari kuarsit, filit yang telah lapuk, sedikit rijang, dan sekis.
Singkapan konglomerat terbentuksebelum ada gunung apisekitar 30-50 juta tahun yang lalu pada saat jawa masih sebagai daerah paparan.
Di atas konglomerat, tanpa teramati kontaknya, dijumpai batupasir kuarsa, keras, masif tak berlapis, berbutir sedang sampai kasar. Pada level ketinggian yang sama dijumpai lensa batugamping foram besar yang mengandung Nummulites dan Discocyclina.
3. Watu Kelir, Cawas
Singkapan sedimen yang terdapat di Watu Kelir terbentuk dari peristiwa letusan Gunung Semilir yang menyebabkan perselingan sedimentasi. Hasil sedimentasi tersebut dari bawah ke atas berupa : Tuff, Batu Apung, Lempung/Tuff.
4. Formasi Sambi pitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
Di Formasi Sambi pitu lebih dalam dari Selatan (Formasi Wonosari) karena dirombak dan terkikis. Terdapat bukit-bukit kecil yang merupakan kompleks terumbu.
Jadi, dahulunya Formasi Sambi pitu itu adalah dasar laut pada 15-10 juta tahun yang lalu.
Jadi, dahulunya Formasi Sambi pitu itu adalah dasar laut pada 15-10 juta tahun yang lalu.
5. Formasi Nglanggran,
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Termasuk dalam fasies B.
Formasi Nglanggran berada di atas Formasi Semilir. Secara genetik, formasi Nglanggran menghasilkan anak semilir.
Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.
Mengamati breksi vulkanik formasi nglanggran yang berada diatas formasi semilir. Batuan breksi tersebut termasuk dalam fasies proksimal.
Terdapat lapisan berwarna putih-putih yang merupakan hasil dari Semilir’s Super volcano, yaitu hasil dari erupsi eksplosif dari gunung semilir pada zaman oligosen.
My Live My Adventure !
My Live My Adventure !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar